Internet saat ini merupakan hal yang tak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia karena dapat mempermudah beragam kegiatan. Namun, bukan berarti ini tak memiliki dampak negatif. Jika tak dipakai secara bijak, internet dapat menyebabkan kecanduan.

Karena itu, Brasil membuka sebuah lembaga untuk membantu masyarakat lepas dari kecanduan internet. Lembaga yang bernama Instituto Delete ini berfokus pada adiksi internet dan smartphone.

Adiksi pada perangkat mobile sendiri diberi nama nomophobia, gabungan dari kata “no”, “mobile”, dan “phobia”. Istilah ini digunakan untuk menjelaskan rasa takut seseorang saat tak dapat terhubung ke jaringan seluler atau internet.

Dikutip dari The Next Web, Senin (20/11/2017), Instituto Delete merupakan bagian dari fakultas psikologi di Universidad Federal Rio de Janeiro dan sudah disiapkan sejak 2013 oleh seorang psikolog bernama Anna Lucia King.

Tujuan dari lembaga ini adalah membantu seseorang menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Maksudnya, fokus penanganan bukan berarti melepaskan smartphone dari kehidupan, tapi memakainya sesuai dengan kebutuhan.

Nantinya, pasien yang berkunjung ke lembaga ini akan menjalani sejumlah tes untuk mengetahui jenis ketergantungan seperti apa yang dimilikinya. Lalu, pasien akan dipisahkan dalam tiga kelompok, tergantung tingkat dan tipe adiksi, untuk selanjutnya mendapatkan penanganan.

Delete merupakan institut pertama di Amerika Latin yang secara khusus menangani masalah ini. Hal ini juga tak lepas dari jumlah pengguna internet di negara itu masuk dalam peringkat empat besar di seluruh dunia.

Kecanduan internet

Sekadar informasi, nomophobia sebenarnya belum masuk dalam daftar resmi istilah di dunia kesehatan mental. Namun, beberapa studi memang menyebut pengguna internet dapat mengalami kecanduan.

Terbaru adalah hasil riset yang dilakukan oleh Swansea University dan Milan University. Dalam studi itu, disebut orang yang menghabiskan waktu lebih banyak berinternet, berdampak pada kondisi psikisnya. Salah satunya adalah tingkat kecemasan yang tinggi.

Seperti dilaporkan BBC, tim peneliti menguji detak jantung (heart rate) dan tekanan darah (blood pressure) pada 114 partisipan berusia 18-33 tahun sebelum dan sesudah sesi berinternet.

Pengujian ini dilakukan untuk mengukur kondisi psikis objek. Hasilnya, ada peningkatan kondisi psikis saat sesi internet berakhir bagi mereka yang menghabiskan waktu lebih banyak untuk berinternet.

“Orang-orang yang terlalu bergantung pada perangkat digital dapat membuat mereka depresi ketika mereka berhenti memakainya. Berkat riset ini kini tahu bahwa dampak psikis juga diikuti perubahan psikis sesungguhnya pada manusia,” ungkap Profesor di Swansea University, Phil Reed.

Sumber: tekno.liputan6.com

– – –
Facebook : @SentraCyber
Cyber Trading and IT Networking Solution