Pesatnya perkembangan Internet of Things (IoT) turut mendorong laju pertumbuhan eksponensial dalam perdagangan komponen elektronik.

Menurut data terbaru yang dirilis UNCTAD, permintaan terhadap komponen elektronik yang digunakan dalam perangkat IoT meningkatkan nilai dagang impor internasional untuk peralatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) hingga mencapai $2,1 triliun pada tahun 2017. Ini pertama kalinya nilai impor barang TIK global melambung tinggi sejak 2014. Lonjakan ini menunjukkan angka pertumbuhan tahunan sebesar enam persen.

Perdagangan peralatan TIK meningkat lebih cepat dari perdagangan merchandise dengan persentase 13,4 persen dari total nilai dagang pada 2017. Persentase ini lebih rendah dari persentase tertinggi sebesar 16,1 persen selama booming dot-com tahun 2000, tetapi tertinggi dalam dua tahun terakhir. Sebagai perbandingan, impor merchandise untuk mesin dan alat transportasi menyumbang 37% dan makanan sebesar 8% di tahun 2017.

Sementara untuk produk TIK, perdagangan komponen elektronik terus berkembang dengan nilai pertumbuhan tahunan hingga 8%, lebih sedikit dibanding penjualan komputer and barang elektronik lainnya sebesar 9%.

Sementara Tiongkok sejauh ini merupakan eksportir peralatan TIK terbesar, Republik Korea membanggakan tingkat pertumbuhan tertinggi di antara 10 eksportir teratas pada tahun 2017. Selain itu, nilai ekspor Tiongkok juga tumbuh secara signifikan dibanding 10 eksportir teratas lainnya, kecuali AS. Pangsa pasar10 eksportir teratas ini nilainya mencapai sekitar 86 persen pada 2017.

Pangsa perdagangan intra-industri tetap tinggi di sektor ini, dengan saling ketergantungan antara pemain-pemain besar di Asia, Amerika Utara, dan Eropa, dan para importir lain yang biasanya juga menjadi eksportir peralatan TIK.

Sementara itu, posisi pertama importir peralatan TIK diduduki Amerika Serikat, disusul Tiongkok dan Hong Kong. Sedangkan Meksiko menjadi satu-satunya dari 10 negara importir terbesar yang tidak mengalami peningkatan di tahun 2017.

Impor peralatan TIK ke negara maju menunjukkan pertumbuhan tahunan sebesar 10%, jauh lebih tinggi dibanding impor ke negara berkembang yang hanya sekitar 3%. Pada 2017, Asia Timur menekankan perannya sebagai pusat ekspor terkemuka, sementara Afrika, Asia Selatan dan Asia Barat mengalami penurunan yang signifikan.

Namun, dari 54% pangsa pasar, nilai impor negara-negara berkembang lebih tinggi dibanding negara-negara maju. Ini karena peranan yang lebih signifikan dalam proses perakitan peralatan TIK sehingga impor komponen elektronik juga meningkat secara signifikan.

Sumber: maritimenews.id
– – –
FB : @SentraCyber – Cyber Trading and IT Networking Solution