ADA banyak cara untuk memulai bisnis daring (online). Adapun yang sekarang makin ngetren, yaitu dengan sistem reseller dan dropshipper . Apa bedanya sih? Mari kita kenalan dengan dua sistem jualan ini.

Dropshipper: Bisnis Gampang, Minim Risiko
Sistem dropshipper bisa dibilang jadi idola baru dalam urusan jualan gampang enggak pakai ribet . Pada dasarnya, sistemnya sama dengan reseller, yaitu kita menjual produk orang lain. Bedanya, kita sebagai penjual enggak perlu punya stok barang.

Nah yang dilakukan seorang dropshipper hanya meneruskan detail pemesanan kepada produsen atau distributor barang. Jadi, dropshipper enggak perlu repot dengan segala ritual toko daring seperti ngecek stok, menyiapkan barang, membungkus, dan mengirimnya.

Pokoknya semua akan diurus oleh produsen. Bisa dibilang, dropshipper cuma jadi mediator antara penjual “beneran” dan konsumen. Karena sistemnya yang sederhana banget, jadi dropshipper bisa dibilang bisa dilakukan nyaris tanpa modal.

Kalaupun ada, modalnya cuma kuota internet dan semangat buat mempromosikan produk secara daring. Bisa lewat media sosial (medsos) Instagram, Facebook, Twitter , dan lain-lainnya. Pokoknya, kenceng jualan di medsos deh . Gampang kan! Enaknya lagi, bisnis sebagai dropshipper juga sangat minim risiko.

Ini yang dibilang Erik Jumanto yang sudah jadi dropshipper sejak Oktober 2017. “Saya pilih dropshipper ketimbang yang lain karena drosphipper enggak banyak mengeluarkan modal, dan yang pasti kita enggak perlu stok barang.

Jadi lebih minim risikonya,” kata Erik. Erik mengetahui berbisnis sebagai dropshipper lewat iklan di Facebook . Erik lalu menjadi dropshipper untuk produk wadah (casing ) ponsel pintar, kartu tol elektronik, dan pakaian modifikasi (custom ). Dari produk-produk itu, konsumen Erik bebas bikin desain sendiri untuk produk yang mereka mau.

Setelah desain dikirim konsumen, Erik tinggal meneruskan permintaan tersebut ke produsen, dan produsenlah yang mengurus semuanya sampai pengiriman. Setahun lebih jadi dropshipper , sekarang Erik sudah punya 9.383 follower di akun jualannya di Instagram , yaitu @alifha_case .

Terus, berapa omzet bisnisnya? Ternyata lumayan banget! “Kalau jualannya lagi ramai dan bagus, omzet kotor per bulan sampai Rp7 juta -Rp15 jutaan,” ungkap Erik. Walau minim risiko, dropshipper juga harus siap kalau ada keluhan konsumen.

Erick, misalnya, pernah diprotes gara-gara pesanan 200 kartu tol elektronik yang gagal. Namun, Erik harus tetap sabar menanggapi keluhan dari konsumen tersebut, sampai permasalahan selesai dengan baik.

Dropshipper Harus Teliti Pilih Produsen. Berbisnis sebagai dropshipper memang mudah, tapi jangan sampai lengah. Erik Jumanto yang sudah setahun lebih menjadi dropshipper mengingatkan, berhatihatilah dalam memilih produsen atau pemasok barang.

“Coba dulu beli beberapa produk yang dijual, alamatkan kepada teman atau saudara. Dari hal tersebut, kita dapat melihat apakah produknya bagus dan layak dijual kembali. Cara packing -nya juga dilihat, termasuk identitas pengirim, apakah pihak dropshipper atau bukan,” saran Erik.

Enggak cuma kualitas barang dan kemasannya, Erik juga menekankan soal komunikasi yang baik antara dropshipper dan produsen. Pastikan produsen atau pemasok sangat mudah untuk dihubungi.

Soalnya, kalau ada calon pembeli yang bertanya mengenai produk dan dropshipper tidak menguasai info produknya, maka produsen harus bisa ditanyai secepatnya agar calon pembeli tidak “kabur”. Selain itu, dropshipper harus selalu memperbarui informasi stok barang yang dijual.

Gunanya tentu supaya calon pembeli bisa cepat mendapatkan informasi terkini dari produk yang ditaksirnya. Tanpa itu semua, jangan harap konsumen mau balik lagi untuk membeli produk di tempat yang sama.

Adapun yang perlu ditekankan adalah, baik dropshipper maupun produsen harus samasama menjaga nama baik. Pelihara pelanggan dengan mengirimkan paket produk yang sesuai dengan pesanan dan berkualitas sampai tangan mereka. Intinya, produsen dan dropshipper harus punya hubungan yang sejajar karena keduanya saling membutuhkan.

Bagi produsen, produk yang dijualnya akan lebih mudah dan cepat terjual. Hal ini juga dapat memotong biaya promosi karena dropshipper juga membantu mempromosikan produk produsen. Selain punya hubungan baik dengan produsen, satu hal yang sangat penting adalah memilih strategi yang tepat dalam berpromosi agar dapat bersaing dengan kompetitor.

Erik menyebut dirinya lebih sering menggunakan Instagram dibanding Facebook untuk berjualan. “Yang pasti kalau di Instagram harus rajin posting jualannya, rajin follow dan dibantu juga dengan paid promote agar bisa cepat mendatang kan traffic customer setiap hari ke kontak kita,” sebut cowok kelahiran tahun 1990 ini.

Erik pun memberikan tips kepada anak muda yang ingin memulai bisnis sebagai dropshipper . “Tentukan terlebih dulu target market kalian. Setelah itu, baru pilih produk yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan target market -nya dan yang pasti cari produk yang jangka panjang atau tidak musiman,” ujarnya.

Erik juga berpesan agar saat berbisnis, jangan cepat menyerah. “Perbanyak belajar dan selalu mengevaluasi hasil kerjanya agar bisa lebih cepat berkembangnya bisnisnya, juga selalu mencari cara kreatif dan ide-ide baru dalam berbisnis,” tegasnya.

Sumber: ekbis.sindonews.com
– – –
SentraCyber – Cyber Trading and IT Networking Solution